Tuesday, March 24, 2015

Kosmetik yang Bereaksi Negatif



Sore ladies...
Tetap ceria ‘kan sore ini. Mentari hari ini bersinar sepanjang pagi hingga jelang senja. Pasti secerah harimu juga ‘kan? Bagaimana dengan wajahmu? Cerah juga pastinya. Eh... BTW, ladies pernah mengalami alergi atau iritasi terhadap kosmetik yang dipakai nggak sih? Pernah mengalami ya, atau teman, sehabatnya mungkin..
“iih... mukaku merah-merah nih, bintik-bintik, bercak hitam juga!”
Pernah mendengar keluhan itu. Nah... sebenarnya kosmetik yang seperti apa sih yang sering menimbulkan reaksi negatif terhadap kulit?
Intip sebentar yuk...

Sebenarnya kosmetika seperti apa yang dapat menimbulkan reaksi negatif terhadap kulit.
  • ·         Kosmetik Pemutih yang Mengandung Merkuri

Kosmetika ini mengandung ammoniated mercury 1-5%. Kosmetika berupa pearl cream yang datang dari China. Kosmetika ini sudah dilarang beredar di Indonesia. Kosmetika pemutih yang mengandung merkuri ini mengakibatkan toksisitasnya terhadap organ tubuh (ginjal, saraf, dll) sangat besar.
Reaksi yang ditimbulkan dapat berupa alergi, perubahan warna kulit sampai menjadi keabu-abuan atau kehitam-hitaman setempat atau tersebar merata.
Kulit yang sudah terkena bleaching menjadi sangat sensitif terhadap sinar matahari. Kulit yang tipis bereaksi menjadi kemerah-merahan. Sensitif terhadap kosmetika yang berwarna dan parfum. Dimungkinkan akan timbul jerawat karena kosmetika jenis ini sangat lengket di kulit.

Ssttt.. ribuan artis china menderita noda-noda hitam (hiperpigmentasi) atau pigmented cosmetic dermatitis lo... mereka pengguna kosmetika pearl cream! (Lin J.T.,1982).

  • ·         Kosmetik Pemutih Kulit yang Mengandung Hidrokinon

Baru-baru ini hidrokinon dan derivatnya serta hidrokortison direkomendasikan oleh dokter ahli kulit sebagai preparat pemutih kulit. Tetapi ternyata preparat itu dapat menimbulkan dermatitis kontak. Tau bentuknya seperti apa? Akan terjadi bercak warna putih yang disebabkan oleh over bleaching atau malah sebaliknya lo. Bisa menimbulkan reaksi hiperpigmentasi (bercak hitam).
  • ·         Krim Untuk Wajah

Kosmetika dalam bentuk krim untuk wajah yang mengandung zat pewarna, pewangi, pengemulsi, pengawet, dan lanolin dapat mengakibatkan sensitizer (sensitif). Bisa menimbulkan hiperpigmentasi dan jerawat.
  • ·         Kosmetik Tabir Surya (Sunscreen)

Kosmetika yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) sangat dianjurkan di banyak negara, termasuk Indonesia. Fungsi kosmetik ini adalah untuk melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang dimiliki oleh sinar matahari. Karena sinar ultraviolet ini jika terkena langsung terhadap kulit akan menyebabkan berbagai kerusakan pada kulit, seperti penuaan dini, kekeringan, hiperpigmentasi, dan lebih bahaya lagi bisa mengakibatkan kanker kulit.
Oiya... tau belum? Di negara-negara barat sana kosmetik yang mengandung PABA ini sangat dianjurkan. Kenapa coba? Karena kosmetik ini sangat efektif menyerap sinar UV-B dan dapat dengan cepat mencoklatkan kulit. Tetapi untuk kulit Asia/Indonesia kurang cocok, karena kecenderungan perempuan Asia menginginkan kulitnya lebih terang (putih).
  • ·         Cat Rambut

Kosmetik cat rambut sudah diuji oleh petugas kecantikan, namun bukan tidak mungkin reaksi alergi ini terjadi pada pemakai kosmetik cat rambut. Hal ini bisa saja terjadi mengingat tingkat alergi setiap orang berbeda-beda.
Alergi biasanya muncul setelah beberapa jam. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah kemerahan, iritasi, bengkak berisi cairan, persisikan pada kulit kepala, eksudasi di kulit kepala, leher, dan wajah. Kadang-kadang di bahu dan kelopak mata membengkak.
  • ·         Parfum

Parfum juga dapat menyebabkan dermatitis. Pada tempat-tempat yang sering diaplikasikan parfum tersebut. Kosmetika yang mengandung parfumpun begitu juga. alergi ini dapat berupa gatal-gatal, kemerahan, kadang-kadang kulit mengeluarkan cairan, dan akhirnyanya menjadi hiperpigmentasi.
  • ·         Deodoran

Hah...Deodoran juga? Iya, bisa, bisa menyebabkan dermatitis lo. Karena dalam deodoran tersebut mengandung senyawa aluminium, antiseptik, dan zat pewangi. Reaksi yang mungkin timbul adalah iritasi dan dapat merusak kulit pada bagian yang sering terkena deodoran.
  • ·         Lipstik

Dermatitis pada bibir biasanya terjadi karena alergi. Hal ini bisa terjadi dimungkinkan karena bahan dasar yang digunakan dalam lipstik tersebut. Zat itu berupa minyak (wax, lanolin, cocoa), zat pewarna pada lipstik, bahan antioksidannya, serta bahan pengawet yang berada di dalamnya.
Akibatnya bibir bisa bengkak, pecah-pecah, dan kemudian hiperpigmentasi akan terjadi pada bibir dan sekitarnya.


Ternyata seperti itu ya kosmetika yang menimbulkan reaksi negatif. Eit.... tapi jangan takut untuk menggunakan kosmetik. Asalkan lihat nih saran untuk kalian ladies cantik...

Pertama. Setiap membeli kosmetik pastikan kosmetik tersebut memiliki nomor yang terdaftar di badan POM. Selain itu sertifikat HALAL juga sangat penting bagi para kaum muslimah.
Kedua. Jika terpaksa ingin menggunakan krim pemutih silakan konsultasikan ke dokter kulit. Konsultasi itu akan menjelaskan pada kalian boleh dan tidaknya menggunakan krim pemutih. Dokter pun tahu penerapan krim pemutih yang disesuaikan dengan kondisi kulit kalian.
Ketiga. Jangan mudah tergiur dengan warna, penampilan kosmetik yang ditawarkan, sedangkan kualitas dan kandungan belum paham dan mengerti.
Keempat. Rajin-rajinlah membersihkan wajah, agar sisa kosmetik tidak menempel pada kulit wajah sehingga menyumbat pori-pori kulit yang akan mengakibatkan hal-hal yang mencederai kulit wajah cantikmu.
Terakhir. Jika sudah terlanjur menggunakan, penghentian pemakaian kosmetik akan meredakan reaksi dengan cepat.

Ladies..
Bagaimana sekarang? Sudah bisa menentukan bukan? Kosmetika seperti apa yang cocok untuk digunakan. Selamat berburu kosmetika sehat ladies...
Salam...


Magelang, 24032015
Umi Azzurasantika

Sumber:

Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK & Dra. Fatma Latifah,Apt. (2007), Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Jakarta: Gramedia,

No comments:

Post a Comment